Balutan luka yang kita ketahui saat ini perlu diperiksa secara rutin, untuk memastikan adanya komplikasi pada proses penyembuhan luka sehingga dapat dideteksi sedini mungkin. Tahun 2010 telah ditemukan balutan yang akan berubah warna jika luka terinfeksi.
luka akibat teriris pisau, luka operasi atau cedera ringan akibat jatuh -- tubuh akan membentuk sistem pertahanan dan sistem perbaikan yang akan bekerja dan mencoba menutup luka secepat mungkin. Luka kecil biasanya akan sembuh dalam beberapa hari, tapi luka yang lebar atau dalam akan membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh, dan infeksi dapat terjadi bahkan setelah beberapa hari. balutan luka melindungi area luka tapi untuk memeriksanya balutan harus dibuka. Hal ini bisa terasa sangat menyakitkan bagi pasien dan terlebih lagi hal ini berisiko memberikan kesempatan pada kuman untuk masuk dan mencegah infeksi. Ilmuwan dari Fraunhofer Research Institution for Modular Solid State
Technologies EMFT di Munich telah mengembangkan material balutan luka dan plester yang dapat menunjukkan indikasi perubahan patological pada kulit. Bila terjadi infeksi, warna balutan akan berubah dari kuning menjadi ungu.
"Kami telah mengembangkan indikator yang akan bereaksi terhadap perubahan pH, dan kami telah mengembangkannya menjadi balutan luka dan plester. Kulit sehat dan luka yang sembuh biasanya ditunjukkan dengan nilai pH dibawah 5. Jika nilai ini meningkat, menunjukkan adanya perubahan dari asam ke alkali, yang merupakan indikasi terjadinya komplikasi dalam proses penyembuhan luka. jika nilai pH berada antara 6.5 - 8.5 menunjukkan adanya infeksi dan indikator warna akan berubah menjadi ungu," kata Dr. Sabine Trupp, ilmuwan dari EMFT, yang menjelaskan mengenai reaksi kimianya. Dengan cara ini memungkinkan untuk melakukan pengecekan luka dari luar tanpa harus mengganggu proses penyembuhan.
Produksi warna pada balutan merupakan tantangan bagi peneliti "material ini harus tetap stabil secara kimiawi saat berikatan dengan serat balutan atau plester untuk memastikan bahwa material ini tidak akan masuk ke dalam luka. Pada saat yang sama, indikator harus menunjukkan perubahan yang jelas pasa warna dan juga bereaksi secara sensitif pada pH yang sesuai," kata Trupp. Para ahli berhasil mempertemukan semua bahan yang dibutuhkan. Sebuah prototype dari balutan telah diproduksi dan uji kelayakan telah dibuktikan. Para peneliti saat ini mencoba untuk mengembangkan inovasi ini. Ada rencana untuk menambahkan sensor optik pada balutan untuk mengukur pH dan menunjukkan hasilnya.
"Kami telah mengembangkan indikator yang akan bereaksi terhadap perubahan pH, dan kami telah mengembangkannya menjadi balutan luka dan plester. Kulit sehat dan luka yang sembuh biasanya ditunjukkan dengan nilai pH dibawah 5. Jika nilai ini meningkat, menunjukkan adanya perubahan dari asam ke alkali, yang merupakan indikasi terjadinya komplikasi dalam proses penyembuhan luka. jika nilai pH berada antara 6.5 - 8.5 menunjukkan adanya infeksi dan indikator warna akan berubah menjadi ungu," kata Dr. Sabine Trupp, ilmuwan dari EMFT, yang menjelaskan mengenai reaksi kimianya. Dengan cara ini memungkinkan untuk melakukan pengecekan luka dari luar tanpa harus mengganggu proses penyembuhan.
Produksi warna pada balutan merupakan tantangan bagi peneliti "material ini harus tetap stabil secara kimiawi saat berikatan dengan serat balutan atau plester untuk memastikan bahwa material ini tidak akan masuk ke dalam luka. Pada saat yang sama, indikator harus menunjukkan perubahan yang jelas pasa warna dan juga bereaksi secara sensitif pada pH yang sesuai," kata Trupp. Para ahli berhasil mempertemukan semua bahan yang dibutuhkan. Sebuah prototype dari balutan telah diproduksi dan uji kelayakan telah dibuktikan. Para peneliti saat ini mencoba untuk mengembangkan inovasi ini. Ada rencana untuk menambahkan sensor optik pada balutan untuk mengukur pH dan menunjukkan hasilnya.
No comments:
Post a Comment